PELANGI DIANTARA HUJAN
Kulangkahkan kakiku menyusuri derasnya guyuran air hujan.
Air hujan dan air mataku ini saling berlomba lomba untuk meneteskan yang paling
deras. Entah mana yang paling deras meneteskannya. Yaaa, hanya air matalah yang
menunjukan perasaanku saat ini. Sungguh, hatiku sangat rapuh untuk saat ini.
Wanita mana yang tidak rapuh hatinya jika mengetahui bahwa laki laki yang
sangat ia sayangi malah menghianatinya? Nyesek banget! Sakitnya tuh disini. Di
hati tepatnya :’(
Aku tak peduli lagi dengan tubuhku yang mulai kedinginan
karena hujan hujanan ini. Rasanya aku sudah putus asa lagi. Entah apa yang
kufikirkan sekarang. Hidup ku tak punya semangat lagi. Karena tunangan ku malah
menikah dengan wanita lain. Dasar lelaki bajingan. Berhidung belang. Dulu, ia
berjanji padaku bahwa hanya kepadakulah ia akan memberikan hidupnya. Tapi
sekrang apa? Ia malah menikah dengan yang lain.
“Sebenarnya hatiku
masih tetap untukmu Raisa. Hanya untukmu... Tapi mau gimana lagi? Dinda sudah
terlanjur hamil. Dan akulah yang menghamilinya. Maafin aku saa. Semoga kamu
bisa dapetin cowok yang lebih dari aku. Aku emang gak pantas buatmu” Kata
kata itulah yang selalu terngiang ngiang dalam pikiranku. Yaaa, itulah kata
kata Rendy, tunanganku. Saat kutemui ia di acara Pernikahanya tadi pagi. Dan
itu malah yang buat air mataku menetes sejadi jainya.
“Raisaa...” Ucap seseorang yang mendekatiku sambil
membawakan sebuah payung. Aku tak menggubrisnya sama sekali
Derap langkahnya terdengar mendekatiku. Dan tubuhku
terlindungi dari guyuran air hujan yang deras. Aku mendongak kearah atas. Ternyata
seorang lelaki yang tak kukenal mebawa payung dan menengadahkan payungnya ke
tubuhku. Ku tatapnya lekat lekat, karena aku fikir bahwa kita tak saling kenal.
Tapi ternyata ia mengetahui namaku. Tapi bagaimana ia bisa tahu? Sepertinya
kita belum pernah bertemu. Tapi tak tau juga lah.
“Kamu siapa?”Tanyaku pada lelaki berkulit putih, berwajah
manis dan sepertinya ia sebaya denganku
“Aku fian. Kamu mengenalku
gak?”Jawabnya dengan sebuah pertanyaan lagi
“Aku gak kenal. Terus kamu kok kenal aku?” Tanyaku
“Ya iyalah, kita dulu satu sekolahan waktu SMA. Masa kamu
gak mengenali aku sama sekali?”Tanyanya lagi
“Haa? Yang benar kamu? Kamu dulu kelas apa? Ucapku padanya
“IPA 2, padahal kelas kita selalu berdekatan loh. Masa kamu
tetep gak kenal?” Sahutnya lagi
Tapi sebenernya aku
gak mengenalnya. Tapi kok katanya kita dulu satu sekolahan? Kelas kita malah
selalu berdekatan?
~bersambung dulu gaes, nantikan kelnjutannya :D
No comments:
Post a Comment